Pages

06 Agustus 2008

Beasiswa Depkes untuk 700 Dokter Spesialis

Beasiswa Depkes untuk 700 Dokter Spesialis

Surabaya - Surya


Waspada penyakit demam berdarah dengue (DBD) dan penggunaan obat-obatan menjadi topik pembahasan dalam
rangkaian program peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-43 yang jatuh pada 12 November 2007.




Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Surabaya dr Esty Martiana Rachmie, DBD disebabkan vektor berupa
nyamuk dengue yang berkembangbiak di masyarakat. Maka, gerakan bebas DBD di tahun 2009 tidak akan berhasil jika
tidak ada peran masyarakat.




“Memang sekitar bulan Oktober hingga Desember, pasien DBD nyaris tidak ada. Namun, puncak pasien DBD di
Kota Surabaya biasanya terjadi pada bulan Maret-April,” terang Esty. Program yang digelar pada HKN 2007
bertema rakyat sehat, negara kuat ini sekaligus menjadi peringatan kepada masyarakat.




“Obat seharusnya menjadi solusi penyembuhan suatu penyakit. Tapi akan berakibat buruk kalau pengetahuan
masyarakat tentang obat masih rendah,” kata Esty.


Seperti penggunaan obat antibiotik atau obat penghilang rasa sakit yang sudah menjadi kebiasaan masyarakat meski
tidak ada resep dari dokter. Dikhawatirkan kalau penggunaan antibiotik tanpa pengawasan dokter, bisa mengakibatkan
resistensi tubuh pada obat tersebut.




“Belum lagi jamu yang dicampuri dengan obat-obatan itu. Itu harus diperhatikan serius,” imbuh perempuan
berjilbab itu dalam acara jumpa pers HKN di Ruang Sidang Khusus, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK
Unair), Selasa (30/10).




Sementara itu Dekan FK Unair Prof Dr dr Mohammad Amin SpP(K) mengatakan bahwa jumlah tenaga dokter di
Indonesia saat ini masih kurang dibanding jumlah penduduk Indonesia. Yaitu 50.000 dokter umum yang harus melayani
sekitar 200 juta orang.




“Perbandingannya, satu dokter menangani 4.000 pasien. Padahal yang ideal, satu dokter menangani 2.000
hingga 2.500 pasien,” ujar Amin yang memproyeksikan jumlah dokter umum hingga 2010 nanti sebanyak 94.000
dokter. Jelas menjadi tantangan tersendiri karena Indonesia hanya mencetak tenaga dokter umum 1.000 setiap
tahunnya.




Sedangkan jumlah dokter spesialis saat ini sekitar 12.000 dokter. Sehingga, satu dokter spesialis menangani 40.000
pasien. Diperkirakan pada tahun 2010 nanti hanya akan tercapai 18.000 dokter saja. Padahal dibutuhkan 32.000 dokter
spesialis lagi agar perbandingan ideal antara dokter dan pasien terwujud.




Selain jumlah, penempatan dokter spesialis juga belum merata. Padahal kebutuhannya sangat tinggi terutama dokter
bedah, penyakit dalam, anak-anak dan obstetri dan ginekologi (kandungan).


Maka, Departemen Kesehatan pun membuka beasiswa bagi sekitar 700 dokter umum mulai tahun 2008 ini. Mereka
harus melalui proses seleksi terlebih dahulu. “Namun, begitu selesai belajar, mereka harus mau kembali ke
daerah asalnya. Langkah ini juga untuk mengurangi banyaknya dokter spesialis di kota-kota besar,” jelas Amin.




Sebab, selama ini mereka sekolah dengan biaya sendiri, maka setelah pendidikan dokter spesialis selesai, mereka pun memilih tinggal di kota sebagai tempat pencaharian.




Langkah lain yang diambil untuk menambah jumlah dokter spesialis adalah dengan mengembangkan rumah sakit
pendidikan. Seperti RSU Dr Sardjito Jember, RSU Syaiful Anwar Malang, dan RS Soewandhi milik Pemkot Surabaya.
Beberapa di antaranya sudah berjalan saat ini.


“Untuk RS Soewandhi, mungkin kami akan bertindak sebagai supervisi,” ucap Amin. Tak heran,
bagaimanapun RSU Dr Soetomo adalah rumah sakit pendidikan yang ideal. Di sana terdapat 1.500 tempat tidur dan
1.000 jenis penyakit. ida

Surya Online
http://www.surya.co.id/web Powered by Joomla! - @copyright Copyright (C) 2005 Open Source MattersG. Aenll errigahtetsd :r e6s Aeurvgeudst, 2008, 09:22


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca juga

Recommended Post Slide Out For Blogger

Poll