Pages

31 Juli 2008

Beasiswa gratis tinggal di jerman

ini ada info dari rekan saya di amrik ttg kuliah gratis di
jerman. ada yg minat?

Salam hangat,

Tulisan dibawah mudah-mudahan bermanfaat untuk yang ingin kuliah
dan mendapat beasiswa di Jerman.Yang jelas, saat ini untuk mendapat visa ke Amerika lumayan
susah.
Jabat erat,

Ahmad Syamil
clt.astate.edu/asyamil

Study di Jerman, siapa takut ...?!!!

Hingga saat ini hampir seluruh perguruan tinggi di Jerman tidak
menarik biaya studi dari mahasiswanya. Bagi mahasiswa di Indonesia
sebenarnya ini merupakan peluang menarik untuk menimba ilmu dan
mengembangkan karir. Tantangan kapitalis global di depan mata. Suka-tidak
suka, mau-tidak mau 'cengkraman kapitalis global' akan menggilas
siapapun yang tidak memiliki standar kompetensi internasional. Lantas mengapa
tidak dari sekarang untuk mempersiapkan diri agar bisa studi di luar
negeri dan 'go international' ? Sekilas tentang universitas di Jerman

Secara umum hampir semua universitas di Jerman berkualifikasi
excellent. Standart kualitas pendidikan tinggi di Jerman sangat ketat
sehingga kualitas antara universitas satu dengan lainnya relatif sama.
Memang benar untuk beberapa universitas tertentu memiliki program yang
sangat prestisius dan menjadi unggulan tetapi bukan berarti universitas
yang bersangkutan lebih unggul (top rangking) dari universitas lain
dalam segala bidang. Sebagai contoh: RWTH Aachen (tempat studi-nya Pak
Habbibie) memiliki program unggulan pada bidang mekanika dan
elektronika, tetapi untuk bidang Manajemen RWTH Aachen kalah
populer dibandingkan FHTW Reutlingen. Begitu juga FH Furtwangen
(berdasarkan majalah focus) merupakan universitas terbaik untuk bidang
komputer dan TI, tetapi untuk bidang lainnya bisa jadi FH Furtwangen kalah
populer dari universitas lain. Jadi, bagi anda yang berminat studi di
Jerman memilih perguruan tinggi bukanlah suatu pertimbangan yang
penting tetapi yang lebih perlu diperhatikan adalah memilih jurusan yang sesuai
dengan prospek karir dan masa depan anda.

Sistem pendidikan di Jerman relatif berbeda dengan sistem
pendidikan di Indonesia atau di negara-negara Anglo-Saxon (USA, UK dan
Australia). Di Jerman ada 3 katagori perguruan tinggi:
1. Univeritنt dan Technische Universiنt (TU). Sistem pendidikan
di universitنt relatif lebih berorientasi pada teori dan research.
Prosentasi untuk pengajaran teori mencapai 80%-90% dari
kurikulum mata pelajarannya.
2. Fachhochschule (FH) dalam Bahasa Inggris dikenal dengan
University of Applied Science. Di universitas ini orientasi kurikulum antara
teori dengan praktek relatif berimbang. Prosentase perbandingan antara
teori dengan praktek sekitar 60% teori dan 40% praktek plus internship
di perusahaan.
3. Berufsakademie (BA) dalam Bahasa Inggris di kenal dengan
University of Cooperative Education. Universitas ini merupakan bentuk kerja
sama antara perguruan tinggi dengan industri (seperti KADIN-nya
Jerman). Orientasinya sangat praktis yaitu 60% dari kurikulumnya adalah
praktikum dan intership di perusahaan.

Nah, pada saat memilih perguruaan tinggi hendaknya perlu juga
dipertimbangkan jenis perguruan tinggi mana yang sesuai dengan
minat studi calon mahasiswa.

Untuk lebih jelasnya maka para calon mahasiswa disarankan untuk
membuka website: www.hochshulkompass.de

Program Internasional

Banyak para calon mahasiswa terpaksa mengurungkan niatnya untuk
studi di Jerman karena terkendala dengan keharusan menguasai Bahasa
Jerman. Kendala tersebut tampaknya saat ini lebih mudah diatasi bagi
calon mahasiswa. Dalam 5 tahun terakhir ini perguruan tinggi di Jerman
banyak yang melakukan inovasi dengan membuka program internasional
khususnya untuk jenjang Master (S-2). Dalam program internasional tersebut
perkuliahan dilakukan dalam 2 bahasa yaitu Bahasa Jerman dan
Bahasa Inggris. Biasanya pada semester awal perkuliahan menggunakan
B.Inggris, baru di semester akhir menggunakan B.Jerman. Komposisi seperti
ini akan memudahkan para mahasiswa untuk menyelesaikan studinya.

Tetapi tentu saja bahasa tetap merupakan persoalan serius jika
ingin studi di perguruan tinggi luar negeri. Bukan merupakan rahasia
umum bahwa kemampuan rata-rata Bahasa Inggris mahasiswa Indonesia
relatif rendah. Bahkan secara bergurau seorang kolega yang menjadi
Manager Personalia di Mitsubishi Heavy Industry pernah mengatakan bahwa
kemampuan Bahasa Inggris Insinyur Indonesia tuh lebih rendah
dibandingkan dengan Bahasa Inggris-nya TKW (pembantu) asal
Filipina. Kita boleh saja tersinggung dengan pernyataan tersebut. Tetapi
jika mau jujur ungkapan tersebut seratus persen benar adanya. Tingkat
kemampuan rata-rata Bahasa Inggris mahasiswa Indonesia relatif rendah.
Bagi para calon mahasiswa yang ingin studi di luar negeri persoalan bahasa
merupakan kendala serius yang perlu diantisipasi sejak dini.

Persoalan bahasa akan sedikit bertambah rumit apabila ingin
studi di Jerman. Selain persyaratan Bahasa Inggris yang excellent yang
dinyatakan dengan TOEFL minimal 550, juga disyaratkan mempunyai sertifikat
kursus B.Jerman untuk level dasar (Grunstuffe) dari Gothe Institut.
Memang kualifikasi B.Jerman yang dituntut hanyalah tingkat dasar tetapi
untuk lulus sertifikat tingkat dasar tetap dibutuhkan waktu belajar
sekitar 6 bulan. Sebagai catatan untuk di Yogyakarta terdapat lembaga
kursus yang bersertifikat Gothe Institut. Lembaga tersebut berlokasi di
dekat Tugu dan didirikan oleh Persatuan Guru Bahasa Jerman.

Keuntungan Studi di Jerman

Beberapa keuntungan penting studi di Jerman adalah sebagai
berikut:
1. Kualifikasi tenaga pengajar yang tinggi. Pengalaman Penulis
selama studi di FH Furtwangen menunjukan bahwa untuk Program Master of
Computer Science in Software Business Consulting (M.C.Sc.) dibimbing oleh
15 orang Professor-Doktor yang rata-rata mereka memiliki pengalaman
sebagai Consultant di berbagai perusahaan multinasional. Menjadi sangat
menarik adalah Dosen Professornya sebanyak 15 orang sementara
mahasiswanya 'hanya' 30 orang. Tentu saja dengan rasio seperti ini kualitas
akademiknya sangat terjamin.
2. Fasilitas yang lengkap dan modern. Mahasiswa dapat mengakses
fasilitas perpustakaan secara 'on line' dengan buku, jurnal,
majalah yang sangat lengkap baik dalam bentuk 'hard copy' maupun CD
Room. Selain itu mahasiswa juga memiliki akses internet bebas selama 15 jam
per hari dan gratis.
3. Lingkage Industri. Dukungan industri terhadap perguruan
tinggi sangat besar. Pada kasus FH Furtwangen misalnya, di semester 3 seluruh
mahasiswa program M.C.Sc. akan kerja praktek di perusahaan
selama 6 bulan. Selama kerja praktek tersebut para mahasiswa akan
mendapatkan gaji dan seluruh biaya hidupnya dijamin oleh perusahaan. Dan
tentu saja bagi mahasiswa yang cemerlang 'tidak akan pernah lagi' datang ke
kampusnya kecuali hanya untuk pendadaran thesis, karena mereka
sudah secara otomatis dipromosikan menjadi karyawan tetap perusahaan
dimana mahasiswa yang bersangkutan kerja praktek.
4. Biaya kuliah yang sampai saat ini gratis atau relatif rendah.
5. Adanya program internasional sehingga memudahkan untuk
menyelesaikan studi sekaligus menguasai B.Jerman.


Biaya Kuliah (Tuition Fee)

Hampir semua perguruan tinggi di Jerman membebaskan kewajibanya
mahasiswanya dalam membayar uang kuliah. Tetapi tentu saja ada
program-program tertentu yang menetapkan biaya kuliah biasanya
Program MBA (Master of Business Adminitration). Untuk Program MBA bea
kuliahnya berkisar antara Euro 4,000 s.d Euro 20,000 tergantung dari
kebijakan masing-masing perguruan tinggi yang bersangkutan, meskipun tetap
ada yang menyelenggarakan MBA gratis seperti di FH Pforzheim atau FH
Ingolstadt.

Hanya saja kebijakan untuk kuliah gratis di Program
Internasional bisa saja suatu hari akan berubah. Dari tahun ke tahun peminat calon
mahasiswa untuk studi di program internasional semakin
meningkat. Jadi, dimungkinkan jika suatu ketika perguruan tinggi di Jerman akan
menerapkan biaya kuliah bagi mahasiswanya khususnya untuk
program internasional. Sebagai contoh di FH Furtwangen hingga tahun 2002
ini perkuliahnya gratis, tetapi mulai tahun ajaran 2003 akan
menetapkan biaya kuliah untuk Program Master of Computer Science (M.C.Sc.)
in Software Business Consulting sekitar Euro 4,500. Memang biaya
kuliah tersebut relatif rendah jika dibandingkan dengan universitas di
USA, UK atau Australia. Jika di-kurs dalam rupiah 'paling hanya' Rp 40
juta-an. Hampir sama dengan biaya kuliah di MM UGM atau dua kali lebih
mahal dari biaya kuliah di MM UPNVY. Tetapi jika dibandingkan dengan biaya
kuliah di UK (Inggris) yang rata-rata berkisar diatas Rp 150 juta-an
untuk program umum dan Rp 200 juta-an untuk program MBA, maka biaya
kuliah di Jerman tetap relatif murah. Meskipun begitu, tetap saja terbuka
peluang bagi kita untuk dapat mendaftar di perguruan tinggi yang
menerapkan kuliahnya gratis tanpa biaya kuliah.

Ketentuan biaya kuliah tersebut diatas sama sekali tidak berlaku
untuk program Master yang seratus persen menggunakan B.Jerman. Seluruh
program master yang diselenggarakan dalam B.Jerman (bukan program
internasional), biaya studinya gratis. Ketentuannya adalah
dibutuhkan lulus test sertifikat B.Jerman dari Gothe Institut untuk level
intermediate, ZMP (Zentrale Mittelstufenprüfung)Level.

Persyaratan untuk Mendaftar di Perguruan Tinggi Jerman

Ada beberapa persyaratan administrasi untuk mendaftar studi di
Jerman
pada Program Internasional. Beberapa persyaratan penting yang
perlu dipersiapkan adalah:
1. Foto kopi legalisir Ijasah S-1 dalam B.Inggris atau B.Jerman.
2. Foto kopi legalisir Transkrip Nilai dalam B.Inggris atau
B.Jerman
3. TOEFL B.Inggris 550
4. Sertifikat B.Jerman minimal level Grundstuffe
5. Dua surat rekomendasi dari Dosen tempat mahasiswa
menyelesaikan studi
S-1 dalam hal ini dosen UPNVY.
6. Surat pengalaman kerja minimal 2 tahun.

Khusus untuk surat rekomendasi dari dosen disarankan untuk
mendapatkan rekomendasi dari dosen yang memiliki kualifikasi akademik
minimal Doktor (S-3) dan akan lebih baik lagi Professor. Sebagai catatan hampir
seluruh dosen di Jerman mempunyai kualifikasi Professor-Doktor, sehingga
apabila calon mahasiswa hanya direkomendasikan oleh dosen yang
berkualifikasi S-2 maka nilai rekomendasi tersebut akan minimalis. Rekomendasi
dari dosen yang berkualifikasi S-2 tetap punya nilai strategis
apabila dosen yang bersangkutan memiliki jabatan struktural penting di
lingkungan universitas atau fakultas.


Bea Siswa

Dimungkinkan bagi calon mahasiswa untuk mendaftar bea siswa
DAAD.Persayaratan penting untuk mendapatkan bea siswa DAAD adalah
Dosen atau Pegawai Negeri Sipil. DAAD memang memberikan bea siswa untuk
umum tetapi proporsi bea siswa untuk umum tersebut jumlahnya sangat
terbatas. Untuk di Indonesia kantor DAAD beralamatkan di Gedung Summitmas II,
Jl. Sudirman, Jakarta. Hanya untuk catatan penting tidak mudah untuk
mendapatkan bea siswa dari DAAD.

Kesempatan mendapatkan bea siswa akan besar jika mahasiswa sudah
berada di Jerman. Banyak lembaga non profit atau yayasan yang bersedia
memberikan bea siswa. Syaratnya adalah nilai semester yang baik.
Dengan demikian 'apply' bea siswa di Jerman baru dimungkinkan apabila
kita telah studi minimal selama satu semester.


Biaya Hidup (Living Cost), Kerja dan 'Free Fall'

Biaya hidup di Jerman relatif bervariasi. Untuk biaya hidup di
kota besar relatif lebih mahal dari pada biaya hidup di kota kecil.
Sebagai gambaran biaya hidup di kota besar berkisar antara Euro 600 s.d
Euro 800 per bulan. Sedangkan biaya hidup di kota kecil berkisar antara
Euro 450
- Euro 600. Perbedaan biaya hidup antarra kota besar dan kota
kecil memang relatif 'significant'. Tetapi keuntungan studi di kota
besar adalah dimungkinkan untuk medapatkan kerja part time yang
pendapatannya relatif lumayan besarnya.

Kemungkinan kerja sambil kuliah merupakan alternatif yang
menarik.Sebagaimana kita ketahui bersama, sangat sulit sekali bagi calon
mahasiswa untuk mendapatkan bea siswa di Indonesia. Untuk itu
banyak mahasiswa yang mengambil alternatif kuliah sambil kerja
mengingat sistem imigrasi di Jerman memungkin untuk itu. Pada banyak kasus para
rekan mahasiswa dari India atau Cina banyak yang datang untuk studi di
Jerman dengan uang saku sangat 'pas-pasan' bahkan hanya cukup untuk
biaya hidup 3 bulan. Modal mereka hanya tekad dan nekad. Pola seperti ini
biasanya disebut dengan 'free fall' (terjun bebas) berjuang sampai 'titik
darah penghabisan' di negeri orang. Mereka siap hidup prihatin dan
'strugle' dengan kuliah sambil kerja, syukur-syukur mendapatkan bea siswa.
Pola 'free fall' ini akan lebih mudah diterapkan jika mahasiswa
tinggal di kota besar karena mudah untuk mendapatkan pekerjaan part time.
Banyak diantaranya yang sukses dengan pola 'free fall' meskipun tetap
ada saja yang gagal. Terlepas dari beratnya tantangan yang mesti diatasi,
pola 'free fall' tetap merupakan alternatif yang menarik bagi calon
mahasiswa yang memiliki tingkat 'adrenalin' dan confident yang tinggi
tetapi kemampuan financial resources-nya terbatas. Moral point yang
penting dalam hal ini mengapa pola 'free fall' tidak dicoba ? Toh banyak
sekali mahasiswa yang sukses dengan pola free fall.

Jangan pikirkan pengorbanan dan tantangan yang mesti akan
dihadapi, tetapi fokuskan pikiran tentang masa depan gemilang yang siap
menyabut dikemudian hari dengan penuh senyum tentu saja....


Sekilas tentang Penulis.
Penulis adalah Ferizal Ramli. Alumni Fakultas Ekonomi UPNVY,
Jurusan Manajemen, Angkatan tahun 1990. Pernah bekerja di Singapura dan
Malaysia serta mendapatkan bea siswa studi di Program M.C.Sc., FH
Furtwangen. Selama studi di almamater UPNVY tercinta, penulis juga aktif di
kegiatan kampus, berpartisipasi mendirikan KOPMA dan pernah menjadi Ketua
Umum KOPMA UPNVY yang pertama periode 1994-1996.
Saat ini Penulis berdomisili di Jerman. Alamat lengkap penulis:
Am Groكhausberg no: 02-07-10
D-78120
Furtwangen im Schwarzwald, Germany.
E-Mail: rferizal@hotmail.com dan framliz@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Baca juga

Recommended Post Slide Out For Blogger

Poll