PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM MEDAN
TERHADAP KOMPETENSI LULUSAN IAIN SUMATERA UTARA DI ERA GLOBALISASI
Sahdin Hsb
The study explains the perception of Muslims in Medan on the competence of graduates of the State Institute for Islamic Studies of North Sumatera (IAIN-SU) in facing the era of globalization. It was found out that the alumni of IAIN-SU had a good understanding of Islamic knowledge including Arabic language. However, they had a low ability in English. Many did not think English important for the alumni of IAIN-SU, though they agreed that English proficiency was needed in facing the market competition in the era of globalization. In terms of morality, the community saw that the alumni of IAIN-SU had good personalities and were religious. Then, the Muslim community in Medan also saw the alumni of IAIN-SU developing their careers as officials in the Department of Religious Affairs and as preachers, teachers, and mosque managers in the communities, even as politicians and activists in political and social organizations.
Term kunci: persepsi, kompetensi, globalisasi
A. Latar Belakang Masalah
Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara (selanjutnya disingkat IAIN SU) dalam usianya 31 tahun lebih, sudah saatnya melakukan evaluasi diri. Di satu sisi IAIN SU sudah banyak mengalami perkembangan dan kemajuan, seperti: sarana atau fasilitas yang semakin memadai, banyaknya dosen yang mempunyai tingkat pendidikan Strata 2 dan Strata 3 (baca Magister dan Doktor). Demikian juga dengan jenjang pendidikan yang diasuh, tidak hanya setingkat Strata 1 dan diploma seperti sebelumnya, tetapi sekarang ini juga mengasuh Program Pascasarjana Strata 2 (jenjang program magister) dan Strata 3 (jenjang program Doktor). Hal ini tentu semakin menambah harapan bagi masyarakat Medan tentang peran dan kontribusi IAIN SU di masa-masa yang akan datang.
Di sisi lain, pada masa akhir-akhir ini masih sering terdengar kritikan dan pertanyaan-pertanyaan, seperti: hendak ke mana dibawa IAIN dengan kurikulum barunya? Pertanyaan ini sebenarnya merupakan penegasan terhadap tujuan IAIN pada awal berdirinya yaitu : "Membentuk sarjana-sarjana Muslim yang berakhlak mulia, beriman dan cakap serta mempunyai kesadaran bertanggungjawab atas kesejahteraan umat dan masa depan bangsa dan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila".
Dengan kata lain yang harus dihasilkan IAIN adalah sarjana Muslim dan ulama yang pengetahuannya bukan hanya terbatas pada pengetahuan agama saja tetapi juga mencakup pengetahuan umum, dan sekaligus memiliki akhlak dan budi pekerti yang luhur (Nasution, 1995:391). Selain terwujudnya sarjana Islam yang bertaqwa kepada Allah SWT, sarjana yang dilahirkan IAIN SU juga harus memiliki intelektualisme, profesinalisme, dedikasi dan prestasi yang tinggi serta siap dan mampu mengarungi dunia modern yang penuh kompetisi.
B. Ruang Lingkup dan Masalah Penelitian
IAIN SU yang berusia 31 tahun lebih, banyak sudah keberhasilan yang dicapai, berbagai problema telah mampu dipecahkan. Namun, patut disadari bahwa masih banyak lagi harapan yang belum terpenuhi dan sejumlah masalah yang terus menggayuti. Menyadari semua ini sudah sepatutnya semua civitas akademika IAIN SU melakukan introspeksi dan evaluasi diri. Karena itu, fokus masalah penelitian ini adalah bagaimana sebenarnya persepsi masyarakat terhadap kompetensi lulusan IAIN SU di era globalisasi?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi masyarakat muslim Medan terhadap kompetensi lulusan IAIN SU di era globalisasi
D. Kegunaan Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan berguna untuk :
Dari aspek teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pemikiran bagi pengembangan khazanah keilmuan, khususnya dalam pengembangan Pendidikan Tinggi Islam.
Dari aspek praktis, penelitian ini diharapkan menjadi konstribusi pemikiran dalam merekonstruksi persepsi masyarakat muslim Medan terhadap kompetensi lulusan IAIN dalam menghadapi era globalisasi, bila ternyata ada yang masih negatif agar berubah menjadi lebih positif dan sekaligus menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, terutama pimpinan IAIN SU dalam merumuskan Rencana Strategis, program kerja dan kebijakan dalam upaya meningkatkan mutu lulusan IAIN SU dalam menghadapi era globalisasi.
E. Studi Kepustakan
1. Pengertian dan Faktor yang mempengaruhi Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Penginderaan adalah merupakan suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Namun proses itu tidak terhenti disitu saja, pada umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan syaraf, dan proses selanjutnya proses persepsi. Karena itu proses persepsi tidak terlepas dari proses penginderaan, dan proses penginderaan merupakan proses yang mendahului terjadinya persepsi (Walgito,1991:53).
Stimulus yang mengenai individu itu kemudian diorganisasikan, diinterpretasikan sehingga individu menyadari tentang apa yang diinderanya itu. Proses inilah yang dimaksud dengan persepsi. Jadi stimulus diterima alat indera, kemudian melalui proses persepsi sesuatu yang diindera tersebut menjadi sesuatu yang berarti setelah diorganisasikan dan diinterpretasikan (Davidoff, LL, 1981:86)
Persepsi pada prinsipnya adalah upaya menafsirkan makna informasi secara inderawi melalui pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 1985:64).
Selain itu, persepsi juga merupakan suatu proses yang aktif, dimana yang memegang peranan tidak hanya stimulus, tetapi juga keseluruhan pengalaman-pengalaman, motivasi, sikap yang relevan terhadap stimulus tersebut. Pengalaman dan tingkah laku merupakan satu kesatuan, apa yang dilakukan seseorang tidak terlepas dari caranya mempersepsikan sesuatu dan mengapresiasikannya.
Nampaknya orang memutuskan lebih dulu berapa besar kesukaannya pada orang lain, kemudian memberikan karakteristik kepada mereka untuk mencocokkan gambaran menyenangkan atau tidak menyenangkan (David O. Sears, dkk., 1999:76).
Penilaian seseorang atas orang lain atau obyek tertentu tidak selalu akurat, terutama akan terdapat kesulitan dalam menilai keadaan internal, seperti menilai perasaan, emosi dan kepribadian. Ada dua segi yang bertentangan mengenai pandangan tentang bagaimana orang memproses informasi tentang orang lain, yakni pendekatan belajar yang menyamaratakan informasi secara mekanis dan pendekatan Gestalt yang membuat orang membentuk kesan yang lebih melekat dan berarti.
Persepsi pada prinsipnya dipengaruhi oleh faktor-faktor internal. Selain itu masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi proses persepsi, yaitu faktor stimulus itu berlangsung, dan ini merupakan faktor eksternal. Stimulus dan lingkungan sebagai faktor eksternal dan individu sebagai sebagai faktor internal saling berinteraksi dalam individu melahirkan persepsi (Walgito,1991:54). Agar stimulus dapat dipersepsi, maka stimulus harus cukup kuat, stimulus harus melampaui ambang stimulus, yaitu kekuatan stimulus yang minimal tetapi sudah dapat menimbulkan kesadaran, sudah dapat dipersepsi oleh individu. Kejelasan stimulus akan banyak berpengaruh dalam persepsi.
Oskamp. S (1972) dalam pembahasannya mengenai persepsi sosial, mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dapat dirinci sebagai berikut:
a. Faktor stimuli yang terdiri dari nilai, familiaritas, arti emosional, dan intensitas.
b. Faktor yang berhubungan dengan ciri-ciri khas kepribadian seseorang.
c. Faktor pengaruh kelompok.
d. Faktor perbedaan latar belakang kultural yang menyangkut antara lain: kekayaan bahasa dan pembentukan konsep-konsep serta pengalaman khusus seseorang sebagai anggota kebudayaan tertentu(Walgito,1991:29).
Nilai adalah ciri-ciri dari stimuli, seperti nilai subyek yang mempengaruhi cara stimuli tersebut dipersepsikan. Arti emosional adalah sampai seberapa jauh stimuli tertentu merupakan sesuatu yang mengancam atau yang menyenangkan atau mempengaruhi persepsi orang yang bersangkutan.
Sedangkan familiaritas adalah pengenalan berdasarkan exposure yang berkali-kali dari suatu stimulus yang akan mengakibatkan stimulus tersebut dipersepsikan lebih akurat. Adapun intensitas berhubungan dengan derajat kesadaran seseorang mengenai stimulus tersebut.
Selanjutnya, faktor yang ikut mempengaruhi persepsi menurut Krech dan Crutchfield adalah faktor struktural. Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa non verbal dan sifat-sifat perseptual dalam kognitif dari struktur secara keseluruhan. Selain itu persepsi juga dipengaruhi oleh faktor personal yang terdiri atas; pengalaman, motivasi dan kepribadian (Jalaluddin Rakhmat,1985:1210).
Leathers membuktikan bahwa pengalaman akan membantu seseorang dalam meningkatkan kemampuan persepsi. Pengalaman tidak selalu lewat proses belajar formal, pengalaman bertambah melalui rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi (Leather,1976:26).
Dari uraian di atas terlihat bahwa persepsi tidak selalu menggambarkan keadaan yang sebenarnya, tetapi tergantung dari sisi mana dilihat, dan sejauh mana informasi yang dimiliki dan pengalaman-pengalaman tertentu dari seseorang terhadap obyek tertentu. Apalagi yang dilihat itu serba abstrak.
Kerangka Teori
Konsep psikologi mengenai persepsi telah dikembangkan dalam berbagai teori, dan salah satu teori khusus dan cukup berpengaruh dalam kajian ini adalah dalam kajian ini adalah teori atribusi. Teori ini dicetuskan oleh Haider (1958) membahas persepsi seseorang dalam proses menilai khususnya faktor-faktor yang mempengaruhi proses penilaian tersebut, teori ini kemudian dikembangkan untuk memahami hubungan antar pribadi.
Kekhususan teori atribusi ialah ditekannya prinsip kausalitas dalam membahas persepsi seseorang. Teori ini menekankan bahwa orang mempersepsikan tingkah laku orang lain atau obyek tertentu disebabkan oleh sesuatu, dan sebab itu diatribusikan pada kombinasi dari kedua faktor tersebut, jadi tingkah lakunya tergantung dari faktor-faktor di dalam diri seseorang dan faktor di luar dirinya.
Teori atribusi ini kemudian diperinci lebih lanjut oleh Jones dan Davis (1965) daan Bem (1972). Bem dalam Self perception Theory menyatakan bahwa seseorang lebih dahulu mempersepsikan tingkah laku seseorang, kemudian mengadakan inferensi mengenai intensitas berdasarkan tingkah laku tersebut, dan selanjutnya mengadakan inferensi mengenai ciri-ciri khas (traits atau disposition) berdasarkan instensi-intensinya (Sadli11976:74, 78).
4. Globalisasi dan Kompetensi
Kemajuan yang pesat dalam dunia informasi dan taknologi pada dua dasawarsa terakhir telah berpengaruh pada peradapan manusia melebihi jangkauan pemikiran sebelumnya. Pengaruh itu terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal. Globalisasi dan kemajuan infornasi, komunikasi dan teknologi menyebabkan fenomena perkembangan ekonomi berbasis pengetahuan. Pada era pasar bebas, kemampuan bersaing, penguasaan pengetahun dan teknologi, menjadi benteng untuk kemajuan suatu bangsa. Sumber daya alam yang makin terbatas tidak lagi dapat menjadi tumpuan modal karena sumber kesejahteraan suatu bangsa telah bergeser dari modal fisik ke modal intelektual, pengetahuan, sosial kredibilitas. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai oleh masyarakat sangat beragam dan berkualitas, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta kognitif dan kompetensi untuk berpikir bagaimana berpikir dan belajar, bagaimana belajar dalam mengekses, memilih dan menilai pengetahuan serta mengatasi situasi yang tidak pasti.
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak secara kompetensi dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu (Pusat Kurikulum, Balitbank Dep Diknas: 2002).
Kompetensi ini dikembangkan untuk memberikan keterampilan dan keahlian berdaya saing dan menyesuaikan untuk bertahan hidup dalam perubahan, pertentangan, ketidakpastian dan keerumitan dalam kehidupan.
Sejalan dengan itu, IAIN SU sudah memiliki tekad dan komitmen agar alumni yang dilahirkan haruslah memiliki kualifikasi-kualifikasi tertentu, yaitu: Pertama, mutu intelektualitas sebagai ilmuan yang berpikir rasional dan dewasa dengan pendekatan ilmu yang dimilikinya. Kedua, mutu kepribadian yang terlihat pada akhlak dan kepribadian Islami. Alumni IAIN SU terlepas dari keahliannya harus memiliki akhlak yang terpuji. Status sebagai alumni IAIN SU membuat alumninya tampil beda dengan penekanan akhlak terpuji. Ketiga, mutu keterampilan (skill) yang pada gilirannya akan mempermudah alumni untuk masuk ke berbagai lapangan pekerjaan yang menjadi bidang garapannya. Di samping itu, keahlian komputer minimal dalam level mengoperasikannya juga menjadi kekhasan IAIN SU(Tiga Puluh Tahun IAIN Sumatera Utara, 2003:25).
Dengan kata lain, dalam setiap diri alumni IAIN SU berpadu keahlian teoritik, kemahiran praktis dan keunggulan akhlak. Dengan ketiga bekal ini, idealnya alumni IAIN SU telah memiliki kesiapan untuk memasuki lapangan kerja yang bervariasi.
F. Metodologi Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan jenis penelitian kualitatif. Selain karena pertimbangan praaktis, juga penelitian ini cenderung mendalami kompleksitas dan proses. Selain itu, sebagai dijelaskan oleh Williams yang dikutip Sanafiah Faisal penelitian yang berkaitan dengan mendeskripsikan latar dan interaksi yang kompleks, atau mempersoalkan variabel menurut pandangan dan definisi partisipan lebih tepat dilakukan dengan penelitian kualitatif (Faisal, 1990:22).
2. Sampel dan Informan Penelitian
Yang menjadi objek penelitian ini adalah masyarakat muslim Medan. Mengingat banyaknya jumlah masyarakat muslim Medan yang terdiri dari bermacam-macam latar belakang etnisitas dan kultur, tingkat ekonomi dan status sosial, dan stratifikasi sosial lainnya, peneliti dalam hal ini mengabaikan perbedaan tersebut dan menetapkan kategori (pengelompokan) dari aspek kedekatan sekaligus pelanggan IAIN SU yaitu orangtua mahasiswa/lulusan IAIN SU itu sendiri. Karena sesungguhnya merekalah sebagai pelanggan IAIN SU.
Selain orang tua mahasiswa/lulusan IAIN SU, sampel penelitian ini juga para sarjana lulusan Perguruan Tinggi umum dan Perguruan Tinggi Agama non IAIN SU yang berinteraksi langsung dengan lulusan IAIN SU, baik sebagai mitra kerja atau teman kerja sekantor baik di kantor instansi pemerintah maupun instansi swasta. Cara yang dilakukan untuk penarikan sampel melalui purposive sampling dan snowball sampling.
3. Instrumen Pengumpulan Data
Dalam upaya mengumpulkkan data yang diperlukan dalam penelitian ini selain melalui wawancara secara mendalam (indept interview) juga dilakukan Diskusi Kelompok Terpokus (Fokuced Group Discussion/FGD).
Wawancara mendalam dilakukan dari informan satu ke informan lainnya yang dilakukan sejak Oktober hingga awal Desember 2005. Informasi hasil wawancara dicatat dalam catatan lapangan. Wawancara ini dilakukan secara berkelanjutan dan berulang-ulang. Pengulangan wawancara dilakukan guna melengkapi informasi dan konformasi. Artinya setiap ditemukan adanya informasi dari jawaban pertanyaan, dan kesimpulan-kesimpulan awal yang berkembang senantiasa dikonfirmasi ulang kepada informan. Ini dilakukan untuk memperoleh kepastian dan kevalidan data yang diperoleh atau dengan kata lain cara demikian merupakan bagian dari trianggulasi yang memang disarankan dalam penelitian kualitatif.
Sedangkan Diskusi Kelompok Terfokus (FGD) dilakukan sebagai upaya mengumpulkan data dalam waktu yang singkat serta dapat memperoleh data yang bervariasi. Apalagi melalui FGD memungkinkan terjadinya koreksi informasi, kebenaran informasi yang dikumpul melalui wawancara tidask lagi bersifat subyektif tetapi juga intersubyektif. Melalui FGD juga diharapkan terungkapnya hal-hal baru yang belum diperoleh sebelumnya melalui wawancara.
FGD dilakukan dengan peserta enam orang. Bertindak sebagai moderator dalam FGD tersebut peneliti sendiri. Lama diskusi dilakukan sekitar satu setengah jam (90 menit). Selama diskusi berlangsung, komentar dan pendapat direkam dalam tape recorder.
4. Prosedur penelitian
Prosedur penelitian mencakup beberapa kegiatan sebagai berikut:
Penelitian pendahuluan, Penelitian sesungguhnya di lapangan, Trianggulasi, Kategorisasi dan pengorganisasian data, Auditing, Analisis data.
Untuk trianggulasi dalam penelitian berarti membahas keterhandalan data yang diperoleh selama penelitian, baik cara memperoleh maupun hasil perolehannya. Moleong (1989:195) membedakan empat macam trianggulasi, yaitu a) trianggulasi penggunaan sumber, b) trianggulasi dengan metode, c) trianggulasi dengan penyidik, dan d) trianggulasi dengan teori.
Mengingat keterbatasan penelitian ini baik dari biaya, tenaga, dan waktu peneliti hanya menggunakan trianggulasi sumber dan metode. Trianggulasi sumber dilakukan dengan cara mengumpulkaan semua informasi yang diperoleh dari beberapa sumber data atau subyek penelitian. Sedangkan trianggulasi dengan metode dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu strategi penelitian untuk memperoleh sebuah informasi yang sama.
5. Analisis Data
Analisa data adalah teknik yang digunakan untuk memaknai dan mendapatkan pemahaman dari ratusan atau bahkan ribuan halaman kalimat atau gambaran perilaku yang terdapat dalam catatan lapangan (Bodgan, Robert & Steven J. Taylor, 1975:79).
Analisis data yang digunakan adalah analisis data menurut Miles & Huberman yang dikutip oleh Rustam (2005:14), yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data dilakukan secara dua arah dengan Penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penyajian data dilakukan secara dua arah dengan penarikan kesimpulan.
G. Hasil Penelitian dan pembahasan
1. Persepsi Masyarakat Terhadap Lulusan IAIN SU
Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tua para mahasiswa/alumni IAIN SU dan Diskusi Kelompok Terfokus (Focuss Discussion Group/FGD) dengan para sarjana muslim yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi (PT) non IAIN SU, diperoleh data sebagai berikut:
Lulusan IAIN SU ahli tentang ajaran-ajaran Islam, menguasai bahasa Aran dan kurang memahami bahasa Inggris.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa orangtua mahasiswa/lulusan IAIN SU hampir 70% berpendapat bahwa lulusan IAIN SU ahli tentang ajaran-ajaran Islam. Setelah melalui wawancara yang mendalam diperoleh keterangan bahwa lulusan IAIN SU menguasai praktek ibadah, memahami hukum-hukum Islam ajaran-ajaran Islam dalam bidang dan aspek yang luas, tidak membeda-bedakan lulusan dari fakultas apa dan program studi apa, namun menurut mereka lulusan IAIN SU mampu menjadi imam sholat, khutbah, memberikan nasehat, ceramah agama, memberikan kata sambutan dalam acara keagamaan dan juga memimpin do’a, membawakan takhtim dan tahlil. Sedikit dari informan yang menyampaikan bahwa lulusan IAIN SU belum mampu menjawab masalah-masalah agama yang diajukan kepadanya, baik masalah aqidah, hukum dan persoalan-persoalan agama dalam aspek yang luas. Ketika data ini dikonfirmasi kepada peserta Diskusi Kelompok Terfokus (Focus Group Discussion, selanjutnya disingkat FGD) dengan pertanyaan apakah lulusan IAIN SU ahli tentang ajaran-ajaran Islam, secara umum (60%) informan membenarkan lulusan IAIN SU ahli ajaran-ajaran Islam dengan pemahaman yang bervariasi sesuai dengan kecenderungan dan jurusan yang dipelajari.
Selain ahli agama, lulusan IAIN SU juga memahami bahasa Arab. Melalui hasil wawancara diperoleh keterangan bahwa sebagian besar (70%) informan berpendapat bahwa lulusan IAIN Sumatera Utara adalah orang-orang yang memahami bahasa Arab dan hanya sebagian kecil (30%) yang berpendapat bahwa lulusan IAIN SU kurang mampu bahasa Arab.
Ketika kemampuan berbahasa Arab lulusan IAIN SU didiskusikan dalam kelompok (FGD) diperoleh ungkapan dari peserta diskusi sebagai berikut: Jika kurang menguasai bahasa Arab akan terasa kurang sempurna dalam menguasai ilmu-ilmu keislaman. Dengan menguasai dan memahami bahasa Arab seseorang akan mampu memahami ajaran-ajaran Islam dari sumber pertama dan utama yaitu Al-Qur’an dan Hadis. Lulusan menurut kami sudah menguasainya, dan amat janggal lulusan IAIN tidak memahami bahasa Arab walaupun tidak untuk bercakap-cakap.
Berbeda halnya dengan apa yang disampaikan tentang kemampuan lulusan IAIN SU dalam berbahasa Arab di atas, umumnya (70 %) informan menyatakan bahwa kemampuan bahasa Inggris lulusan IAIN SU rendah. Bahasa Inggris tidak berkaitan dengan ilmu-ilmu keislaman. Walaupun bahasa Inggris itu dipelajari di IAIN, manfaatnya adalah untuk memudahkan mereka mendapatkan pekerjaan.
Melalui FGD, diungkapkan bahwa kemampuan bahasa Inggris semakin dibutuhkan oleh setiap sarjana termasuk bagi sarjana IAIN SU sendiri. Ke depan, seorang sarjana belum tentu hidup sesuai dengan disiplin ilmu yang dipelajarinya di bangku kuliah, seperti di bagian sensus penduduk (BPS), trainer (pelatih)l, manajer di perusahaan besar. Kemampuan bahasa khususnya bahasa Inggris sangat menopang dalam berbagai dunia pekerjaan.
b. Lulusan IAIN SU Unggul Moral
Para orang tua mahasiswa/lulusan IAIN SU berpendapat bahwa dari aspek moral lulusan IAIN SU lebih unggul dari lulusan perguruan tinggi lainnya. Bila dari dari segi keilmuan masing-masing lulusan Perguruan tinggi mempunyai kompetensi masing-masing, namun dari segi akhlak atau moral lulusan IAIN lebih unggul.
Persepsi Masyarakat Tentang Peran Lulusan IAIN SU di Tengah Masyarakat
a. Lulusan IAIN SU dapat mengembangkan dirinya di tengah-tengah masyarakat (juru dakwah, pengurus masjid, guru agama)
Kehadiran lulusan IAIN SU di tengah-tengah masyarakat muslim Medan sudah dirasakan oleh segenap lapisan masyarakat. Hal ini terlihat dari pendapat informan hampir seluruhnya (90%) menyatakan bahwa lulusan IAIN SU banyak berkiprah di masyarakat sebagai juru dakwah baik yang dilaksanakan di masjid-masjid, pengajian-pengajian ataupun di instansi-instansi pemerintah dan swasta. IAIN SU sudah cukup dikenal di tengah-tengah masyarakat Medan karena aktivitas lulusannya di berbagai kegiatan sosial keagamaan, seperti ceramah-ceramah di pengajian, khutbah di masjid, pengurus masjid, mengajar agama baik di lembaga pendidikan formal (sekolah-sekolah), lembaga pra sekolah (TKA/TPA) maupun guru mengaji (belajar membaca Al-Qur’an dengan berbagai metodenya).
Aktivitas lulusan IAIN SU selama ini sudah nampak jelas dan diakui peranannya sebagai juru dakwah, guru agama, guru mengaji, menjadi imam sholat, baik yang dilaksanakan di masjid-masjid, musholla maupun tempat-tempat lainnya.
Selain itu, lulusan IAIN juga ada yang mengembangkan dirinya melalui politik-legislati (Parpol) terutama Parpol Islam atau partai politik berbasis umat Islam, seperti PPP, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Amanat Nasional (PAN) dan partai politik lainnya.
3. Lulusan IAIN SU Berkiprah di Ormas Islam
Berkenaan dengan kehadiran lulusan IAIN SU di dalam organisasi-organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam, banyak informan yang menjelaskan bahwa banyak lulusan IAIN SU yang aktif dalam kegiatan organisasi kemasyarakatan keagamaan, seperti ormas NU, Muhammadiyah atau Al-Washliyah dan oramas-ormas lainnya. Hal ini merupakan pengabdian dan partrisipasi luluisan IAIN SU dalam memberikan kontribusinya kepada masyarakat dalam bidang pengabdian, pemberdayaan, advokasi, pembinaan dan bimbingan agar masyarakat dan umat Islam semakin cerdas dan tercerahkan. Melalui organisasi disusun rencana peningkatan kualitas umat, peningkatan ekonomi atau kesejahteraan sebagai kepeduliaan terhadap anggota, simpatisan organisasi. Kemudian dilaksanakan dan direalisasikan berbagai program tersebut di tengah-tengah masyarakat. Hal ini terus menerus dilakukan oleh berbagai ormas Islam. Meskipun hal ini tidak mendatangkan atau menghasilkan uang bagi lulusan IAIN ini merupakan pengabdian dan sekaligus menempa diri untuk berkiprah di dalam berbagai aspek kehidupan
Tantangan Lulusan IAIN SU dalam Era Globalisasi
Sedikitnya peluang dan penerimaan pegawai negeri, hal ini secara tidak langsung peluang lulusan IAIN SU untuk bekerja sangat sedikit. Menurut Machiruddin selain karena kebijakan di tingkat pusat yang tidak memberikan formasi di departemen-departemen lainnya, juga disebabkan kurangnya promosi dan sosialisasi keahlian yang dimiliki lulusan IAIN itu sendiri, baik di tingkat pusat atau antar departemen. Selain itu, menurut Gunawan, kurangnya promosi dan sosialisasi dari IAIN itu sendiri ke berbagai instansi pemerintah maupun dunia swata. Menurutnya, lulusan itu dibutuhkan oleh semua instansi baik instansi pemerintah maupun swasta terutama dalam membimbimbing moral dan spiritual pegawai atau karyawan agar selalu tercerahkan.
Dengan semakin sulitnya lapangan kerja sebagai Pegawai Negeri pada instansi pemerintah, lulusan IAIN SU menurut pendapat para peserta FGD harus mampu membuka lapangan kerja atau wirausaha. Lapangan kerja seperti itu semakin terbuka bagi siapa saja yang memiliki kualitas unggul dan mamiliki semangat mandiri dan berwirausaha.
Hal ini menurut informan masih kurang dimiliki lulusan IAIN SU karena lulusan belum memiliki manajerial skill. Akibatnya lulusan juga belum mampu menangani masalah-masalah sosial, memberdayakan masyarakat dan manangani masalah-masalah sosial keagamaan di era globalisasi.
Demikian juga halnya di perusahaan-perusahaan tidak ada ketentuan yang tidak membolehkan lulusan IAIN diterima di perusahaan. Karena hal itu banyak ditentukan kompetensi seseorang, di perusahaan surat kabar, dan media lainnya dibutuhkan kemampuan atau skill tertentu, yaitu kemampuan jurnalistik, humas dan kompetensi lainnya. Hal ini yang membuat banyak lulusan IAIN SU berkiprah di media surat kabar sebagai wartawan.
Sudah disadari bahwa peluang kerja sebagai pegawai negeri semakin sedikit dan persaingan hidup semakin ketat hampir dalam setiap lini kehidupan. Namun dalam setiap persaingan akan membutuhkan sumber daya manusia yang lebih unggul. Karena itu, lulusan harus membuat tantangan menjadi peluang. Sejauh ini, menurut informan masih banyak lulusan IAIN yang belum mampu menghadapi tantangan. Meskipun dalam kenyataannya sudah banyak lulusan yang bekerja di berbagai instansi non Departemen Agama, seperti TNI, Diknas, legislatif, dan membuka usaha sendiri.
Selain itu, mulai dari masa sekarang ini dan ke depan, masyarakat cenderung semakin materialistik. Adanya pendapat masyarakat yang menyatakan bahwa masyarakat semakin materialistik merupakan tantangan tersendiri bagi lulusan IAIN SU. Sikap materistik sudah mengancam sendi-sendi kehidupan. Ungkap salah seorang peserta FGD. Bahkan masalah-masalah sosial yang ditimbulkannya juga tidak sedikit dan merusak norma-norma sosial dan agama. Karena masyarakat cenderung menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan dan ambisi. Lulusan IAIN SU perlu mengambil peran dalam membina masyarakat yang materialistik menuju masyarakat yang relijius dan sejahtera.
Tantangan lainnya penguasaan bahasa asing terutama bahasa Inggris. Untuk menghadapi era globalisasi lulusan IAIN SU perlu menguasai bahasa asing terutama bahasa Inggris dan bahasa Arab. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi lulusan IAIN SU untuk berkiprah ke depan.
H. Kesimpulan
Penelitian ini berupaya untuk menjelaskan persepsi masyarakat muslim Medan terhadap kompetensi lulusan IAIN Sumatera Utara dalam menghadapi era globalisasi. Pertama, menjelaskan kemampuan apa yang dimiliki oleh lulusan IAIN SU setelah menyelesaikan studi di berbagai fakultas atau program studi (Prodi) yang ada di IAIN.
Kedua, masyarakat muslim juga menilai bahwa setelah menyelesaikan studi di IAIN SU, para lulusan IAIN SU dapat mengembangkan dirinya di tengah-tengah masyarakat, ada yang berprofesi sebagai da’i/ muballigh, guru agama, pengurus masjid, bahkan tidak jarang lulusan IAIN bergelut di dunia politik-legislatif (Partai politik) dan organisasi sosial kemasyarakatan.
Ketiga, masyarakat muslim Medan secara umum sependapat bahwa tantangan yang dihadapi adalah terbatasnya instansi pemerintah dan swasta yang menerima lulusan IAIN sebagai tempat bekerja dan menempa karir. Padahal menurut masyarakat muslim tersebut, lulusan IAIN pada dasarnya dibutuhkan pada semua instansi pemerintah dan perusahaan swasta. Memang kenyataannya, sudah banyak instansi atau departemen non Departemen Agama yang dimasuki oleh lulusan IAIN dan juga sudah banyak pula perusahaan tempat bekerja lulusan IAIN SU.
Rekomendasi
Meskipun secara umum persepsi masyarakat muslim Medan dipandang positif terhadap kompetensi lulusan IAIN SU di era globalisasi, dan IAIN SU secara terus menerus berupaya agar pada setiap diri alumninya berpadu keahlian teoritik, kemahiran praktis dan keunggulan akhlak sehingga telah memiliki kesiapan untuk memasuki lapangan kerja yang bervariasi, namun karena lulusannya belum dapat diterima secara luas, maka IAIN SU perlu berupaya mensosialisasikan kompetensi para lulusannya dengan berbagai instansi pemerintah dan dengan berbagai BUMD, BUMN dan perusahaan lainnya.
Selain itu, dengan kompetensi yang dimiliki, IAIN SU dan para lulusannya semakin penting meningkatkan semangat kemandirian dan wirausaha, serta tidak meletakkan harapannya untuk menjadi pegawai negeri.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Fachry. Agama Islam dan Pembangunan, PLP2M, Yogyakarta, 1985.
Al Rasyidin, "IAIN Memasuki Millenium Ketiga, Tinjauan dari Sudut Pemberdayaan Alumni, dalam Miqot, Edisi 98 Januari –Pebruari 1997
Bem, DJ. Self Perception Theori, In L. Berkowitz (ed) Advances in Experimental Social Psychology, Vol. 6 Academic Press, New Yor, 1972
Davidoff, LL., Introduction to Psychology, McGraw Hill Int. Book Company, Tokyo, 1981.
Fachruddin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, IAIN Press, Medan, 2003
Harahap, Syahrin, ,"Revitalisasi Agama Untuk Dunia yang Sedang Berubah", dalam Miqot, Edisi 97 Nop. Des 1996.
Karli, Hilda, 3 H Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bina Media Informasi, Bandung, 2003
Leather, Social Psychology, Grid Publisshing Inc. Columbus, 1976.
Munarji, dkk, "Persepsi Mahasiswa Baru Terhadap STAIN Studi Kasus Kebijakan Untuk Pengembangan STAIN Tulungagung Ke Depan", dalam Jurnal Dinamika Penelitian, Vol. 2 No.1 Juli Th. 2002
Nasution, Harun, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran, Mizan , Bandung, 1995
Nasution, M. Yasir, IAIN Sumatera Utara 2001, Pidato Rektor pada Upacara Dies Natalis XXVIII IAIN Sumatera Utara, 26 Desember 2001.
Rakhmat, Jalaluddin, Islam Alternatif, Mizan, Bandung, 1989
Sadli, Saparinah, Persepsi Sosial Mengenai Perilaku Menyimpang, Bulan Bintang, Jakarta, 1976.
Tim Penyusun, Tiga Puluh Tahun IAIN Sumatera Utara, IAIN Press, Medan, 2003
Walgito, Bimo., Psikologi Sosial, Andi Offset, Yogyakarta, 1991.
Penulis: Dosen Fakultas Dakwah IAIN Sumatera Utara, menyelesaikan S2 di IAIN Sumatera Utara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar