Strategi Membaca Situasi, Memanfaatkan Kesempatan
KIAT mencari rezeki bagi Ngatino (42) dirancang melalui strategi kepekaan membaca situasi dan memanfaatkan kesempatan. Bagi pedagang asongan asal Kampung Semanggi Kodya Surakarta itu, membanjirnya ribuan pelamar calon pegawai negeri sipil (CPNS) di Kabupaten Wonogiri tersebut dijadikan kesempatan untuk meneguk rezeki.
Caranya? Kesempatan itu dia pakai berjualan aneka bendel foto kopi soal-soal tes CPNS. ''Ini bukan bocoran, tapi kliping soal-soal CPNS, yang dulu pernah dipakai pada tes tahun-tahun lalu,'' jelasnya. Ngatino, bersama lima rekannya dari Solo, setia menjajakan kliping soal-soal tes CPNS sejak awal dilakukannya pelayanan pendaftaran pelamar di Kabupaten Wonogiri.
Kerumunan massa pendaftar dia datangi, dia tawari untuk membeli foto kopi bendel klipingannya. ''Ini penting untuk berlatih menghadapi tes,'' tawarnya. Kesetiaannya berjualan kliping soal-soal tes CPNS itu dilakukan sampai menjelang pelaksanaan tes. Rencananya, pelaksanaan tes CPNS akan dilakukan Selasa (28/2) besok. Ketika tidak lagi ada kerumunan pelamar yang mendaftar, dia memilih menjajakan dagangannya di trotoar tepi alun-alun depan Kantor Bupati.
''Rata-rata per hari dapat laku 20 bendel,'' ujar Ngatino. Dia mengaku, ketika tidak ada lagi keramaian para pelamar CPNS, dia suka berjualan mainan anak-anak di Pasar Klewer Solo. Tapi, ketika mengetahui ada banjir pelamar CPNS, kesempatan itu perlu dia ambil untuk berjualan bendel-bendel soal tes CPNS. Hampir setiap tahun ada tes CPNS di Kabupaten Wonogiri, dia suka berjualan di alun-alun.
Menurut Ngatino, dagangan bendel soal CPNS dipasok dari pedagang grosir asal Surabaya. Harga kulakannya Rp 3.500 sampai Rp 7.000 per bendel. Tergantung tipis tebal bendelannya. Dari harga itu, kemudian dia menjualnya eceran menjadi Rp 5.000 sampai Rp 12 ribu/bendel. Untuk yang harga kulakannya Rp 3.500 dijual Rp 5.000, dan yang Rp 7.000 dijual Rp 12.000.
Bagi Ngatino, usaha tersebut cukup memberikan keuntungan, manakala banyak pelamar yang membelinya. ''Yang namanya berjualan, adakalanya laris, adakalanya sepi. Tapi, dari usaha tersebut, untungnya lumayan, dapat untuk menghidupi istri dan kelima anaknya,'' ungkapnya lugu. Dia terbiasa menjajakan dagangannya sejak pagi sebelum kantor buka dan berakhir saat kantor tutup pukul 14:00. Stoknya cukup banyak. Sebab, apabila menipis, 'bos' dari Surabaya langsung mengirim tambahan lagi sesuai jumlah yang dipesan.
Sebagai pedagang asongan yang mampu membaca situasi dan memanfaatkan kesempatan, kelompok Ngatino telah merancang akan ganti berjualan pensil, karet penghapus, dan kelengkapan papan landasan sebagai alat untuk menuliskan jawaban tes saat menjelang hari H pelaksanaan tes CPNS. Caranya, dengan mencegat para pelamar yang akan masuk ke lokasi tes. Dia biasa memilih lokasi tes yang pesertanya paling banyak, seperti gedung olahraga (GOR).Tapi, tambahnya, waktu berjualan alat-alat kelengkapan tes seperti itu hanya singkat. Hanya sekitar satu sampai 1,5 jam saja sebelum tes dimulai. (Bambang Pur-16h)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar